QS ALI ‘IMRAN : 19-20 http://quran.com/3/19-20
Indonesian
19 : “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”
20 : “Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: “Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: “Apakah kamu (mau) masuk Islam”. Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
ADA APA DENGAN DAKWAH ? Dunia dan isinya ini hanyalah persinggahan semata. Ibaratnya orang lagi melewati jalan tol, kehidupan di dunia sama halnya seperti rest area. Tidak mungkin kita selamanya tinggal di rest area. Pasti ada tempat yang dituju. Semenjak kecil, saya sudah banyak dapat tempaan ilmu agama Islam dari keluarga yang semuanya Islam (Kakek dan Nenek penceramah/guru, Ayah dan Ibu sekolah di Pendidikan Guru Agama) dan lingkungan yang mayoritas Islam. Terutama saat masa bulan Ramadhan dimana tiap malamnya kita menimba ilmu dari para penceramah dari jaman SD hingga SMA. Juga dari para guru-guru (ustadz/ustadzah) saat mengikuti pesantren kilat di SD-SMA. Namun kapankah saya mendapat pencerahan yang betul- betul membuat saya yakin 100% bahwa Allah Swt PASTI ada dan MUSTAHIL semua yang ada di bumi ini muncul tanpa kuasa NYA. Yaitu pada saat saya tamat kuliah, tepatnya saat mengikuti PESANTREN LIBURAN MAHASISWA (PLM) yang diadakan DKM Universitas Padjadjaran Bandung (kebetulan selebarannya saya temukan di salah satu musholla di kampus saya ITB). Disinilah saya bertemu guru-guru (atau mungkin lebih tepatnya trainer?) yang betul2 mampu melakukan pendekatan2 yang bisa membuat saya paham apa itu Islam? Bagaimana kedudukan umat Islam di sisi Allah Swt? Bagaimana kita bisa yakin bahwa Allah Swt itu pasti ada walau kita tidak (belum) bisa melihat-Nya? Dan seterusnya-dan seterusnya…
Saya berpikir, apa bedanya dakwah penceramah2 dari jaman saya SD-SMA sama yang di DKM UNPAD ini? Rasanya dari segi isi dan maksud sama saja namun PENDEKATANNYA serta WAWASAN saat menerima dakwah tersebut yang berbeda. Mungkin jika penceramah zaman saya SD ceramah hal yang sama. Saya cuma bisa melongo karena belum sepenuhnya paham maksudnya. Saat masih SD wawasan mungkin seputar nonton serial anak-anak dan main gundu/kelereng. SMP wawasan seputar majalah GADIS dan baca komik. SMA wawasan seputar les sana sini dan belajar (jujur zaman SMA saya kurang ada waktu untuk main dan berleha2 seperti di SMP). Setelah tamat kuliah tentu cara kita memandang dunia sudah tidak sama lagi dengan zaman SD-SMP-SMA dimana kita sudah 100% bertanggung jawab atas sikap kita sendiri. Istilahnya kalo kita salah, yah tanggung jawab sendiri nggak ditanggung ortu lagi. Nah kembali ke masalah dakwah yang saya terima tadi. Kok pesantren di DKM UNPAD ini langsung menancap dalam di hati dan pemahaman saya ya? Yah alasannya hanya 2 yaitu METODE/PENDEKATAN dakwahnya yang benar dan WAWASAN si penerima/objek dakwah (yaitu saya) juga sesuai. Rasanya momen itulah titik pertama kali saya betul2 mengenal Islam secara lebih mendalam (walau sudah sejak lahir mengenalnya). So? setiap manusia punya proses/tahapan masing-masing untuk memahami Islam. Dari kecil hingga maut menjemput. Tergantung usaha masing-masing untuk mau mempelajarinya atau sibuk melakukan hal lain. Bahkan saya yang sudah memakai kerudung (menutup aurat) dari kelas 2 SMA saja, baru pas tamat kuliah itulah ‘merasa’ lebih dekat dan yakin dengan Islam. Jadi jangan berpikir orang sudah menutup aurat berarti sudah sempurna (paham Islam dengan mumpuni) dan tanpa cela. Menutup aurat itu wajib dilakukan dan sudah pasti berpahala, namun bukan akhir dari perjalanan spiritual seseorang dan nggak serta merta menjamin dia masuk surga kalau ibadah2 lain tidak dipertahankan/ditambah (menurut saya ya..). Menutup aurat sudah menghindari seorang muslimah dari dosa memperlihatkan aurat kepada yang bukan mahram. Kisah awalnya saya sehingga akhirnya hijrah dan menutup aurat akan saya ceritakan di postingan blog berikutnya.
KESIMPULANNYA ADALAH ? Jika ingin berdakwah, saya rasa kita harus tau betul sebagian atau kalau bisa keseluruhan wawasan si objek dakwah agar maksud yang ingin kita sampaikan dari dakwah bisa langsung di analog kan dengan pemahamannya. Teknik berdakwah dengan anak-anak, remaja, orang dewasa harus kita sesuaikan dengan wawasan yang bersangkutan. Materi dan metode dakwah harus sesuaikan dengan KONTEKS kehidupan aktual objek dakwah. Setiap dakwah isinya pastilah kebenaran yang sumbernya jelas dari Al-qur’an dan hadits. Namun jika cara/pendekatannya salah, dikhawatirkan pemahaman yang didapat malah berbeda dan tujuan dakwah itu sendiri tidak tercapai yaitu meningkatkan ilmu seseorang dalam rangka meningkatkan imannya.
HIDAYAH vs KEPICIKAN HATI ? Singkat cerita setelah saya mendapat pencerahan di PLM tadi , timbul rasa ketakutan berbuat salah/ dosa (itu bagus). Takut bergaul dengan yang ‘kelihatannya’ nggak paham agama (ini yang tidak bagus). Saya jadi menjurus ke anti sosial. Dalam rumus saya, banyak bergaul banyak salah. Sedikit bergaul ya sedikit salah. Astaghfirullah, mungkin karena saat itu saya masih shock abis kena brainwash. Memang kita dianjurkan bergaul dengan orang-orang saleh. Tapi kita juga tidak boleh berpikiran picik (sok tahu) terhadap orang yang penampilan/perilakunya belum soleh. Boleh jadi sekarang mereka kondisinya seperti itu tapi Allah Maha berkehendak ternyata mereka dapat hidayah dan mengakhiri hidupnya lebih baik dari kita yang ‘merasa’ sudah dapat hidayah Allah.
Betapa hebatnya iblis menggoda manusia yang ilmu agamanya meningkat sedikit, iblis goda mereka dengan perasaan tinggi hati dan sok tahu tentang orang sekitarnya. Orang seperti ini makin paham agama, hatinya perlahan malah jadi picik (keras) dan suudzon, jika ada yang salah dari orang lain dia beranggapan itu sebagai ‘akhir’ atau kondisi final dari orang yang bersangkutan. Dia mendahului Allah Swt yang Maha Pengampun dan Penerima Tobat dengan melakukan ‘judgement’ terhadap orang yang mungkin saat ini kondisinya masih dalam kebathilan. Padahal Allah Swt Maha Berkehendak dan amat mudah bagi Allah membolak-balik hati manusia dan memberinya petunjuk. Tapi kadang manusia tanpa sadar (atau sadar?) mendahului Dia yang Maha Tahu. Nauzubillah. Jika orang berdakwah dengan hati yang masih picik maka besar kemungkinan isi dakwahnya nggak akan sampai ke hati pemirsa eh objek dakwah-nya. Yah gimana mau nyampe kalo caranya nggak tepat dan nggak santun. Setiap orang memang wajib berdakwah namun bagi saya tidak semua orang bisa berdakwah dengan benar, salah-salah malah menimbulkan fitnah dan debat kusir karena dakwahnya pake nafsu bukan pake hati yang jernih dan pemahaman yang cukup mengenai wawasan objek dakwahnya.
Semakin tinggi ilmu agama dan pemahaman seseorang semoga juga dibarengi dengan perasaan was-was terhadap teknik syaithon yang satu ini (merasa paling benar di hadapan manusia lain). Mengingatkan teman/orang lain boleh dan wajib hukumnya. Tapi bukan dengan cara sinis dan meremehkan orang lain kan? Orang yang sungguh-sungguh mendapat petunjuk Allah Swt, sejatinya akan sedikit sekali punya waktu untuk membahas kesalahan-kesalahan orang karena terlalu sibuk menabung pahala, bermuhasabah dan mengkoreksi kesalahan diri sendiri yang diperbuatnya di masa lalu. Semoga saya dan anda termasuk ke golongan ini. Amin YRA.
Semoga bermanfaat